Cari Artikel

Konflik Timur Tengah tak Lagi Signifikan terhadap Harga Minyak, Apa Sebabnya?

Internasional | 02 Dec 2024 19:44 WIB

Penulis: Mishbah Nur Ihsan al Hafis

Konflik Timur Tengah tak Lagi Signifikan terhadap Harga Minyak, Apa Sebabnya?
Sumber Gambar: The Atlantik.com

FYPMedia.Id – Meski sempat memanas beberapa waktu lalu, konflik Israel-Lebanon tak berimbas banyak terhadap kenaikan harga minyak.


Melansir dari Investor.id, harga minyak lumayan turun drastis pada Jumat (29/11/2024). Fluktuasi ini mencatat adanya penurunan lebih dari 3% dalam seminggu. Angka yang cukup drastis, mengingat konflik negara Arab sedang memanas.


Beberapa analis ulung mencoba memberikan pengamatannya tentang fenomena ini. Tak seperti biasa, perang Timur Tengah kali ini tidak berimbas banyak terhadap harga minyak. Berikut paparan beberapa analisis tentang fluktuasi harga minyak yang cukup stabil beberapa waktu ini.


Pertama, analis Kompas.id menyebut ketergantungan minyak terhadap negara Timur Tengah memang tak sebesar sebelum-sebelumnya. Apalagi masuknya Rusia dalam organisasi negara produsen minyak (OPEC), membantu memasok produksi minyak dari luar negara Arab. Sehingga, jawaban ini cukup gamblang menjelaskan mengapa eskalasi konflik negara Arab tidak terlalu mengganggu pasaran minyak.


Kedua, penurunan proyeksi permintaan minyak dari negara-negara importir minyak. OPEC+, selaku organisasi dunia selalu memperbarui proyeksi permintaan minyak dunia untuk menjaga pasokan minyak tetap stabil. Dilansir dari Kontan, penurunan permintaan paling banyak dilakukan oleh China. Menurunnya permintaan komoditas minyak, tentu berimbas terhadap penurunan harga.


Ketiga, eskalasi perang yang masih regional belum mampu memancing lonjakan harga minyak yang tinggi. Meski dikabarkan konflik tersebut mulai menyebar ke beberapa negara Arab, konflik-konflik tersebut masih bertaraf regional.


Keempat, kegiatan produksi dan distribusi negara penghasil minyak tidak terganggu akibat perang ini. Kedua pihak sekutu memang berupaya tidak menargetkan tempat-tempat vital produksi dan distribusi minyak. Konflik Israel-Iran menjadi momok bagi pengamat, karena sangat berpotensi mengganggu pasokan minyak dunia.


Meski demikian, keempat faktor di atas masih sangat bersifat tentatif. Apalagi dengan mulai memanasnya kembali konflik negara-negara Arab akhir-akhir ini, mungkin saja bisa mengubah fluktuasi harga minyak melonjak tinggi. Hal ini yang kemudian menjadi perhatian bersama untuk mendorong upaya mediasi gencatan senjata antara negara-negara berkonflik.


Lukman Leong, analis senior mata uang dan komoditas menyebut potensi kenaikan tertinggi mungkin saja terjadi jika konflik tersebut sampai mengganggu pasokan minyak. Tak main-main, kenaikannya bisa mencapai US$ 80 hingga US$ 100 per barel.



Lainnya Untuk Anda