#1

2 Bulan Pemerintahan Baru, Berikut Daftar Instansi yang Ajukan Tambahan Anggaran
Hukum & Politik | 23 Dec 2024 17:45 WIB
Internasional | 04 Dec 2024 23:21 WIB
Penulis: Mishbah Nur Ihsan al Hafis
AndalasNews (12/4) – Setelah mereda semenjak 2020 lalu, kini Aleppo kembali berkecamuk. Perang saudara berkepanjangan yang sempat tertidur beberapa waktu kembali memasuki arena baru. Bagai macan yang tertidur, para pemberontak secara diam-diam memanfaatkan kelengahan pemerintah Suriah.
Pemberontakan dilakukan dibawah kendali Hayat Tahrir Al-Sham, yang sebelumnya bernama Front Nusra. Kelompok ini awalnya sayap resmi Al Qaeda dalam perang Suriah, namun akhirnya putus hubungan sekitar tahun 2016. Diketahui, mereka sebelumnya telah berhasil menghimpun kekuatan pada wilayah sisi selatan
Damaskus. Aksi pemberontakan mulai dilancarkan sejak 26 November bergerak dari sisi utara dan barat laut Kota Aleppo. Mereka berhasil memukul mundur pemerintah tepat pada 29 November 2024.
Aleppo, selain berstatus sebagai ibukota resmi, juga diperebutkan kubu-kubu yang berkonflik karena menjadi akses resources bagi kedua belah pihak. Pasukan pemberontak berhasil menguasai ibukota resmi Suriah, yang berada di bawah rezim Bashar al Assad. Laporan SindoNews memaparkan bahwa keberhasilan Asaad memegang tampuk Suriah beberapa tahun terakhir dampak dari intervensi Iran dan Rusia.
Dengan dikuasainya Aleppo, pemerintahan Bashar Asaad dengan dukungan Iran dan Rusia dinilai sangat rentan dan melemah. Tak lain, hal ini imbas dari pecahnya fokus kekuatan pendukung karena keterlibatan mereka dengan konflik lain.
Naiknya ekskalasi perang saudara ini menimbulkan dampak yang tak kecil. Menurut liputan Tempo, diperkirakan agregat jumlah korban mencapai ratusan ribu jiwa sejak perang berkecamuk tahun 2011. Selain itu, perang ini mengakibatkan hampir setengah populasi kehilangan rumah mereka.
PBB menilai hal ini disebabkan upaya diplomasi antara pemerintah dan oposisi pemberontak yang tak kunjung dibicarakan. Akibatnya, proses politik dan usaha negosiasi gagal membendung aksi pemberontakan.
Pihak Turki, menyatakan aksi tiba-tiba ini tak ada intervensi dari pihak luar. Meski sebelumnya berkontroversi dengan Asaad, pihaknya mengaku pecahnya pemberontakan ini murni dilakukan oleh aliansi internal. Turki juga sangat mengkhawatirkan kemungkinan saling-serang antara pemerintah dan oposisi menimbulkan dampak yang lebih besar.
Aliansi pro-pemerintah, Rusia dan Iran, mendukung penuh upaya Suriah merebut kembali Aleppo. Pasukan mulai dikerahkan untuk memulai pembasmian pemberontakan. Namun, upaya ini mendapat kecaman dari Turki, yang memandang kekuatan luar tidak perlu mengerahkan pasukan.
26 Aug 2024 08:24 WIB
01 Dec 2024 14:46 WIB
28 Dec 2024 13:51 WIB
02 Dec 2024 19:44 WIB