#1

Reuni 212 Berlangsung Kemarin, Berikut Sejumlah Tuntutan Masa Aksi
Hukum & Politik | 04 Dec 2024 23:29 WIB
Financial | 28 Dec 2024 13:51 WIB
Penulis: Melly
AndalasNews (28/12) - Kasus dugaan pemerasan yang melibatkan aparat kepolisian terhadap penonton asal Malaysia di acara Djakarta Warehouse Project (DWP) 2024 menarik perhatian luas publik. Acara musik elektronik ini digelar selama tiga hari pada 13-15 Desember 2024 di JIExpo Kemayoran, Jakarta. Namun, momen yang seharusnya menyenangkan justru diwarnai dengan tragedi yang meninggalkan luka mendalam bagi ratusan pengunjung asing.
Kronologi Dugaan Pemerasan
Sekitar 400 warga negara Malaysia melaporkan diri menjadi korban tindakan pemerasan yang diduga dilakukan oleh oknum polisi. Mereka mengklaim telah mengalami kerugian yang totalnya mencapai RM9 juta atau setara Rp32 miliar. Salah satu pengunjung menceritakan pengalaman pahitnya melalui media sosial.
Baca juga: Presiden Prabowo Usulkan Penghapusan Pilkada, YC Kenawas : Kemunduran Demokrasi
"Saya sedang menikmati konser ketika tiba-tiba polisi datang dan menangkap beberapa orang tanpa alasan jelas. Bahkan mereka yang hasil tes narkobanya negatif tetap dipaksa membayar," tulis seorang korban melalui akun Instagram dengan tagar #BoikotDjakartaWarehouseProject.
Beberapa korban mengaku dibawa ke kantor polisi di mana mereka disita ponselnya dan dilarang menghubungi pengacara atau Kedutaan Besar Malaysia. Mereka juga dipaksa menandatangani surat kuasa yang menunjuk pengacara tertentu.
Sikap Promotor dan Tindakan Kepolisian
Promotor DWP 2024, Ismaya Live, menyampaikan rasa prihatin yang mendalam atas insiden tersebut. Dalam pernyataannya pada 18 Desember 2024, Ismaya menyatakan bahwa kejadian ini berada di luar kendali mereka.
"Kami bekerja sama dengan pihak berwenang untuk menyelidiki insiden ini secara menyeluruh dan berkomitmen memastikan insiden serupa tidak terjadi lagi di masa depan," demikian bunyi pernyataan resmi mereka.
Baca juga: Tegas, TNI Akan Beri Sanksi Kepada Anggota yang Terjerat Narkoba
Sementara itu, Polda Metro Jaya memastikan menindaklanjuti laporan ini dengan serius. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Ade Ary, mengonfirmasi bahwa Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) telah diterjunkan untuk menyelidiki kasus tersebut.
"Kami akan mendalami semua informasi yang beredar di media sosial. Penyelidikan akan dilakukan secara profesional dan transparan," ujar Ade Ary pada 20 Desember 2024.
Penangkapan 18 Oknum Polisi
Pada hari yang sama, Polri mengumumkan bahwa sebanyak 18 anggota polisi telah ditahan terkait dugaan pemerasan. Menurut Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko, ke-18 oknum tersebut berasal dari Polda Metro Jaya, Polres Metro Jakarta Pusat, dan Polsek Metro Kemayoran.
"Kami tidak akan mentoleransi pelanggaran hukum, terutama yang melibatkan aparat penegak hukum," tegas Trunoyudo. Semua personel yang terlibat kini menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
Cerita Korban dan Harapan Pemulihan Kepercayaan
Salah satu korban, Amir Mansor, seorang warga Kuala Lumpur, membagikan kisahnya yang memilukan. Amir datang bersama teman-temannya untuk menikmati salah satu festival musik elektronik terbesar di Asia, namun pengalaman menyenangkannya berubah menjadi mimpi buruk.
"Kami datang untuk berpesta dan menikmati musik, bukan untuk menjadi korban pemerasan. Saya berharap para pelaku diberi hukuman yang setimpal," ungkap Amir.
Insiden ini telah mencoreng nama DWP sebagai ajang bergengsi di kancah internasional. Dengan kasus yang menjadi viral di media sosial, masyarakat berharap penyelesaian yang profesional dari aparat hukum.
19 Dec 2024 09:04 WIB
01 Dec 2024 14:23 WIB
26 Dec 2024 19:43 WIB
23 Dec 2024 17:45 WIB