#1

Masih Berlangsung, BRIN Adakan Pameran Riset Humaniora
Edu/Tech | 15 Dec 2024 13:52 WIB
Edu/Tech | 03 Aug 2025 15:38 WIB
Penulis: MRA
Ulat Hongkong (Tenebrio molitor) merupakan salah satu jenis serangga yang sangat populer dibudidayakan di Indonesia. Biasa digunakan sebagai pakan burung, ikan, reptil, hingga hewan peliharaan eksotik, ulat Hongkong memiliki nilai ekonomi tinggi dan permintaan pasar yang stabil. Tak heran, budidaya ulat Hongkong kini menjadi peluang usaha menjanjikan dengan modal kecil dan proses pemeliharaan yang relatif mudah.
Dalam artikel ini, akan dibahas secara lengkap bagaimana cara budidaya ulat Hongkong di rumah, mulai dari persiapan media, pemilihan indukan, pemeliharaan, hingga strategi panen dan pemasaran. Yuk simak panduan lengkapnya!
Ulat Hongkong adalah larva dari kumbang Tenebrio molitor, serangga kecil berwarna cokelat kehitaman. Dalam siklus hidupnya, ulat Hongkong melewati fase telur, larva (ulat), pupa, dan menjadi kumbang dewasa. Fase ulat ini yang dimanfaatkan sebagai produk utama karena kaya protein dan lemak, cocok sebagai pakan bernutrisi tinggi.
Kenapa banyak orang tertarik membudidayakan ulat Hongkong? Berikut alasannya:
Permintaan Pasar Stabil: Banyak dicari oleh penghobi burung, pemilik ikan hias, reptil, dan pelaku usaha peternakan.
Ramah untuk Pemula: Perawatan relatif mudah dan tidak memerlukan lahan luas.
Siklus Hidup Cepat: Panen bisa dilakukan dalam waktu 1–2 bulan.
Modal Kecil, Untung Besar: Bisa dimulai dari skala rumahan dengan biaya minim.
Wadah: Gunakan baki plastik, boks kontainer, atau rak susun bertutup kasa. Ukuran ideal per wadah: 60x40x10 cm.
Media Alas: Gunakan bekatul (dedak halus), roti kering yang dihancurkan, atau campuran dedak dan polar.
Tempat & Suhu: Tempatkan di ruang kering, teduh, dan tidak lembap. Suhu ideal 25–30°C.
Kumbang Dewasa: Sebaiknya gunakan indukan berusia 7–10 hari setelah berubah dari pupa.
Perbandingan Jantan-Betina: Idealnya 1:1 atau 1:2 untuk hasil telur optimal.
Jumlah Awal: Untuk pemula, bisa memulai dengan 1.000–2.000 ekor indukan kumbang.
Masa Kawin: Kumbang akan kawin dan bertelur dalam 1–2 minggu.
Pemindahan Telur: Pisahkan telur dari induk agar tidak dimakan atau terganggu.
Media Penetasan: Gunakan dedak halus sebagai alas telur.
Lama Penetasan: Telur akan menetas dalam waktu 4–7 hari menjadi larva kecil (ulat).
Pakan Utama: Dedak, polar, remah roti, ampas tahu kering.
Pakan Tambahan: Sayuran segar seperti wortel, labu siam, kentang, untuk menjaga kelembaban.
Frekuensi Pemberian: Setiap hari atau 2 hari sekali, tergantung kebutuhan.
Bersihkan media setiap 10–15 hari untuk menghindari jamur, kotoran, dan bau menyengat.
Pisahkan ulat yang sudah besar dari yang masih kecil agar tidak saling memakan.
Suhu ideal: 25–30°C.
Jangan sampai kandang terlalu lembap karena bisa memicu jamur dan kematian massal.
Gunakan kipas angin atau ventilasi yang baik untuk sirkulasi udara.
Telur: 4–7 hari menetas
Larva (ulat): 30–45 hari, tergantung suhu dan pakan
Pupa: 7–10 hari
Kumbang dewasa: Bertelur selama 1–2 bulan
Waktu Panen: Ulat bisa dipanen saat berusia 30–45 hari, tergantung ukuran dan kebutuhan pasar.
Cara Panen: Pisahkan ulat dari media menggunakan ayakan halus.
Pemanenan Bertahap: Lakukan panen secara berkala agar pasokan tetap tersedia.
Sortir: Pisahkan berdasarkan ukuran dan kualitas sebelum dijual.
Penghobi burung (terutama kicau mania)
Peternak ikan hias
Komunitas reptil
Petshop
Marketplace online (Shopee, Tokopedia, Bukalapak)
Ulat hidup: Rp30.000 – Rp50.000 per kg
Ulat kering: Rp80.000 – Rp120.000 per kg (untuk pakan reptil premium)
Kumbang indukan: Rp100–Rp300 per ekor, tergantung kualitas
Gunakan media sosial (Facebook, Instagram, TikTok)
Buat konten edukasi tentang manfaat ulat Hongkong
Ikut grup hobi burung atau reptil
Tawarkan sample gratis ke petshop lokal
Jangan campur usia: Pisahkan ulat berdasarkan ukuran agar tidak saling memangsa.
Rutin bersihkan media: Untuk menjaga kualitas dan mencegah penyakit.
Jaga suhu & kelembaban: Gunakan termometer dan dehumidifier jika perlu.
Pilah indukan berkualitas: Indukan sehat = hasil maksimal.
Buat jadwal produksi: Agar panen bisa dilakukan terus-menerus. (ra)
26 Aug 2024 08:17 WIB
01 Dec 2024 14:40 WIB
20 Dec 2024 17:26 WIB
24 Jul 2025 15:17 WIB